Salam dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam edisi perdana Bapak pendeta Malhus Nekwek telah memberikan satu renungan yang baik tentang lima semboyan reformasi yang dititikberatkan pada pendengaran Firman Tuhan. Dalam renungan ini kami memperkenalkan salah satu moto Reformasi yaitu dalam bahasa Latin disebut: Ecclesia Reformata Semper Reformanda Est Secundum Verbum Dei. Artinya “Gereja yang telah terreformasi harus terus bereformasi sesuai dengan firman Tuhan.” Maka dalam edisi ini kami menitikberatkan pada reformasi gereja berkelanjutan berdasarkan firman Tuhan. Dalam Roma 12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Ayat ini sangat cocok mengoreksi gereja supaya tidak menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubah ke arah kehendak Allah di dalam Alkitab. Dalam ulang tahun reformasi yang ke-500 ini, para pemimpin gereja harus berefleksi tentang keadaan gerejanya masing-masing lalu tuntun kembali kepada maksud Allah.

Gereja diresmikan oleh Kristus melalui keturunan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah Rasul

2:1-13). Murid-murid  yang  ketakutan memperoleh  keberanian  untuk memberitakan  firman. Mereka memperkenalkan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kepada dunia. Hasilnya jumlah orang percaya semakin bertambah dari 12 murid menjadi 120 murid. Satu minggu setelah Pentakosta menjadi

3000 murid dan seminggu kemudian sudah lebih dari 5000 orang yang percaya Kristus (Kisah 4:4). Selanjutnya tidak dilaporkan jumlah lagi tetapi sudah bertambah banyak termasuk imam-imam bertobat dan menjadi anggota gereja (Kisah 6:7). Perkembangan itu adalah pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus menggerakkan hamba-hamba Tuhan menghimpun semua orang-orang pilihan-Nya ke dalam satu bahtera yaitu gereja.

Dalam Kisah 2:41-42 berkata: “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Orang – orang yang menerima firman Allah dan dibaptis ini disebut gereja. Kata “gereja” dalam  bahasa  Ibrani  ada  dua,  yaitu  qahal  artinya  “jemaat”  dan  kneset  artinya “perhimpunan, atau perkumpulan.” Dalam bahasa Yunani ada dua juga yaitu: Kyriake” dari dasar kata kuriakos “milik Tuhan” atau “kepunyaan Kurios = kepunyaan Kristus”. Dan kata Ekklesia, akar kata dari ekk artinya keluar, dan kaleo artinya memanggil. Artinya “orang-orang yang telah dipanggil keluar dari kegelapan” sesuai 1Petrus 2:9.

1Petrus 2:9.

Jadi mengacu pada definisi ini gereja bukanlah yayasan atau organisasi politik. Hamba-hamba Tuhan harus sadar bahwa kepala gereja adalah Kristus. Sedangkan majelis jemaat atau pengurus sinode adalah hamba-hamba (budak/pelayan) Allah. Jadi tidak perlu membangga-banggakan diri sebagai pimpinan besar. Gereja bukan juga lembaga bisnis yang diurus oleh oknum / pribadi demi kepentingan keluarga gembala. Maka tidak usah merasa diri seperti big bos dan mengelola gereja seperti perusahaan mengeruk keuntungan   pribadi.   Anggota   gereja   tidak dipilih keanggotaannya berdasarkan status social melainkan oleh anugerah Allah, dipanggil keluar dari kegelapan, ditebus oleh darah Kristus, dikumpulkan menjadi anggota tubuh-Nya   melalui   Firman   (Kisah   13:48). Maka itu umat Tuhan harus dilayani tanpa membeda-bedakan status sosialnya. Harapan dari Kepala Gereja adalah gereja hadir menolong orang-orang yang membutuhkan pelayanan   seperti   tertuang   dalam   Matius 25:31-46, yaitu pelayanan yang berpusat pada Kristus (kristosentris) yang berorientasi pada kemuliaan kerajaan Allah (Soli Deo Gloria).

Kami selaku dosen teologi menilai situasi sekarang hamba-hamba Tuhan lebih mengikuti pengaruh lingkungan daripada mendengar firman. Hati nurani tumpul karena uang dan jabatan. Karena itu kami mendorong supaya selalu bersekutu dengan Tuhan dan merenungkan firman-Nya. Bersekutu dengan Tuhan bukan seperti agama lain dengan bertapa selama beberapa hari tanpa makan dan minum, tetapi setiap hari ada waktu untuk membaca Alkitab, merenungkannya sebelum kerja. Pola pikir kita harus dipengaruhi oleh firman Tuhan agar dipimpin Roh Kudus. Jangan pikiran kosong karena bisa diisi oleh roh jahat. Firman akan mengubah hati nurani kita agar kita takut kepada Tuhan dan peka pada firman Tuhan dalam situasi apapun.

Dalam gereja juga ada orang yang tidak sungguh-sungguh percaya Yesus. Dalam Matius 13 sebut adanya lalang di antara gandum. Lalang itu ditanam oleh musuh yaitu Iblis. Lalang itu dibiarkan supaya tumbuh bersama gandum. Dari buah baru kelihatan lalang dan gandum. Dalam bahasa Latin disebut corpus mixtum artinya badan yang bercampur. Karena itu hamba-hamba Tuhan harus terus menerus  memberitakan  Injil  di  luar  gereja  maupun  di  dalam  gereja.  Anak-anak  menjadi  lahan penginjilan untuk kemajuan gereja masa depan. Jadi perlu firman setiap saat dalam gereja, seperti semboyan Reformasi “back to the Bible.” Hanya Firman yang dapat mengubah umat terus menerus menjadi serupa dengan Kristus (Roma 12:2). Lahir baru/kelahiran kembali itu terjadi sekali tetapi pertobatan itu harus terjadi terus menerus sampai Maranatha.

Saya prihatin bahwa pelayanan gereja seringkali berorientasi kepada kompromistis terhadap dunia demi uang sehingga suara kenabian seorang hamba Tuhan hilang. Sebelum reformasi abad ke-16 Gereja menjual surat penghapusan dosa (Indulgensia) untuk kepentingan pembangunan gedung gereja Santo Petrus di Roma. Sekarang Gereja menjual keselamatan itu dengan obral berkat, mujizat maupun doa tanpa disiplin gerejani. Karena itu Martin Luther menulis 95 tesis melawan penyesatan Katolik saat itu. Karena itu kita perlu kritis dan tetap sadar bahwa kita melayani Tuhan, bukan manusia. Bantuan itu perlu, kita membutuhkannya, tetapi jangan kurangi suara Tuhan atau jangan pilih-pilih ayat Alkitab dalam berkhotbah untuk menyenangkan telinga orang. Karena mereka menyerahkan uang ke program gereja bukan untuk dihormati tetapi untuk dilayani sebagai anggota gereja dengan firman. Karena hanya firman yang memurnikan motivasi orang. Ada anggota jemaat menyerahkan persembahan syukur karena Tuhan memberkati kehidupannya. Karena itu kita selaku hamba- hamba Tuhan harus mendoakan mereka supaya Tuhan memberkati mereka dan dihindarkan dari malapetaka. Melalui itu gereja semakin dibaharui dan berperan sesuai mandat dan kehendak Allah. Gereja berperan dalam menerangi dan menggarami dunia dengan firman.

Dalam  Matius  16:16-17  Tuhan  Yesus  mengajarkan  tentang  fondasi  gereja.  Gereja  harus dibangun dengan dasar pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias Juruselamat. Jadi gereja harus memberitakan Kristus, bukan bendera organisasi tertentu. Pembaharuan gereja berporos pada firman Tuhan yang memberitakan keselamatan hanya di dalam Yesus Kristus. Harapan saya ke depan STT Reformasi Wamena akan berkontribusi lebih dalam memberitakan firman Tuhan. Itulah sebabnya kami tim dosen berusaha keras mempersiapkan kader-kader gereja masa depan melalui mendidik mahasiswa dengan disiplin rohani, disiplin ilmu teologis dan disiplin kerja berdasarkan firman Tuhan di Sekolah Tinggi Teologi Reformasi Wamena.

Gereja itu bersifat kudus, dan am. Dalam pengakuan Iman Rasuli nomor 9 berkata: “Aku percaya kepada gereja yang kudus dan am”. Di abad ke 4, Agustinus sudah merumuskan sifat dari gereja yaitu gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan. Saat Reformasi, Martin Luther menyebutkan bukan berarti ada dua gereja melainkan satu gereja dengan dua aspek. Aspek kelihatan bersifat local, terbatas dan dapat berorganisasi. Sedangkan aspek yang tidak kelihatan bersifat universal dan tidak terbatas pada suku, bangsa, bahasa dan denominasi. Sikap perselisihan mengurangi wibawa gereja sesungguhnya sebagai satu kesatuan tubuh Kristus. Kekudusan dan kesatuan adalah sifat khas gereja yang harus terus dilestarikan di Papua agar dosa dan perselisihan antar suku dapat dihilangkan. Para politikus jangan mengobyekkan masyarakat untuk kepentingan sesaat. Demikian juga masyarakat jangan jadikan isu perang sebagai komoditi bisnis. Karena hampir 90 % orang Papua adalah warga Kristen tetapi minuman keras, korupsi dan perang masih merajalela maka gereja belum secara optimal mempengaruhi masyarakat Papua.

Kadang-kadang pemimpin gereja belum banyak membaca buku dan berstudi secara mandiri. Kebanyakan hamba Tuhan hanya mengikuti secara alamiah berkhotbah dengan bahan yang sudah diketahui waktu sekolah dulu, ditambah pengalaman kehidupan di jemaat. Saya seringkali mendorong teman-teman hamba Tuhan untuk berstudi di STTR tetapi minat masih rendah. Para misionaris sudah beritakan Injil. Orangtua generasi pertama yang terima Injil. Mereka sudah mulai tua dan banyak yang sudah meninggal. Tugas kami generasi ini melanjutkan firman itu kepada suku bangsa lain baik di dalam gereja maupun di luar gereja, terutama pos-pos penginjilan yang belum mendengarkan Injil. Untuk tugas itu saya mendorong Anda semua. Mari bersekolah di kampus STT Reformasi Wamena. Kami membuka program untuk sarjana teologi, sarjana pendidikan dan sarjana misi serta magister teologi dan magister pendidikan, dengan penekanan siapkan firman Tuhan dan memberitakan Injil dengan Firman. Jemaat sekarang butuh firman yang mengubahkan hidup.

Dalam memperingati hari Reformasi yang ke-500 ini kita mensyukuri sumbangsih reformasi dan menghayati pembaharuan gereja yang berkelanjutan. Warga gereja harus memberi makan ibunya yaitu Gereja. Jemaat-jemaat induk dapat membiayai dan mengutus penginjil ke daerah baru agar masing- masing bertanggung jawab mendoakan dan menjamin penghidupan penginjil. Demikian juga setiap kader gereja yang berpenghasilan lebih dapat mengambil peran dalam membantu program-program sinode. Minimal mensponsor seorang mahasiswa teologi di STTR agar ke depan dia akan melayani di gereja nanti membawa banyak jiwa bagi Kristus. Karena orangtua susah payah membangun gedung gereja besar jadi kita selaku hamba Tuhan generasi penerus harus memberi makanan rohani dengan persiapan pengetahuan dan penggalian Alkitab yang baik.